Reni Wulandari merupakan sosok spesial di lingkungan SIG Group. Figur yang lahir di Tulungagung, 26 April 1974, ini menjadi salah satu dari sedikit perempuan yang menduduki kursi direksi BUMN. Ada perjuangan panjang yang ia tempuh sebelum dipercaya menjadi Direktur Operasi SIG. Modal kompetensi saja tidaklah cukup, karena Reni mesti menghadapi sejumlah tantangan lain yang justru membuatnya semakin tangguh.
Reni,panggilan akrab alumnus Teknik Kimia Universitas Diponegoro dan Magister of Business Administration, Swiss German University, ini telah 25 tahun bekerja di industri semen. Uniknya, sebagai perempuan, sebagian besar perjalanan kariernya dihabiskan di area operasional. Area yang nuansa maskulinnya begitu kuat. “Saya bersyukur diberi amanat di area operasional yang memang menjadi passion saya. Di sini saya telah mendapatkan sufficient exposure sehingga insya Allah bisa memberikan nilai tambah untuk SIG,” tutur Reni saat ditemui di ruang kerjanya, kantor SIG, South Quarter, Tower A, Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Bermula dari GM Pabrik Tuban PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Tbk yang merupakan salah satu anak usaha SIG, Reni lantas naik kelas menjadi SVP of Operation SIG. Dua tahun kemudian, ia didaulat menjadi direktur produksi anak usaha SIG lainnya, PT Semen Gresik. Puncaknya, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) SIG di Jakarta, 18 April 2023, Reni mendapat amanat sebagai direktur operasi. Menurutnya, selain dari sisi gender , kepercayaan ini menjadi bukti nyata bahwa perusahaan memberikan kesempatan yang setara untuk talenta-talenta internal. “Saya berharap ini bisa menjadi tambahan motivasi bagi para in-house talent , terlepas dari gender maupun bidangnya. Jangan sia-siakan kesempatan ini,” ingat perempuan pertama yang menjadi direktur produksi SIG ini.
Reni tak menampik, selama 25 tahun meniti karier mulai dari fresh graduate di area operasional yang male dominated , yang namanya bias gender pernah ia rasakan. Namun tantangan itu tidak ia hadapi dengan emosional. Baginya, bias tetaplah bias, yang harus dicari akar masalahnya. “Respons yang reaktif tidak membantu saya mencapai kesetaraan. Pabrik semen itu heavy intensive machinery, ditambah kondisi lingkungan yang ekstrem dan butuh fokus tinggi. Bias yang muncul seringnya berasal dari kekhawatiran, apakah seorang perempuan mampu mengatasi situasi tersebut?” sebutnya.
Reni menilai, SIG dan BUMN lainnya saat ini telah memberikan kesempatan berkembang yang sama bagi perempuan maupun laki-laki. Hal ini adalah respons atas business need bahwa kesetaraan gender merupakan salah satu cara untuk mendongkrak kinerja, karena dari sana akan timbul semangat saling melengkapi. Maka itu, untuk kaum perempuan Reni punya saran, “Di dunia kerja yang berbasis merit, sebaiknya lebih fokus pada kompetensi, kualifikasi, kinerja atau profesionalisme.”
Source :
https://www.sig.id/direktur-operasi-sig-reni-wulandari-jawab-bias-gender-dengan-profesionalisme
https://www.sig.id/jajaran-direksi